Minggu, 15 Juli 2012

Puisi Kehidupan oleh Hans Peter

Sebuah puisi kehidupan yang ditulis oleh Hans Peter

Lembaran ringkas tak bertahta di sudut pendaran rembulan,
Menggelayut riuh di buai sang mahkota pujangga,
Membiru selaksa mahligai kehidupan malam,
Di retas peluh sang pengelana bumi yang terseok sedikit merintih..
Tebaran nanah tak berdarah di sekujur nurani
Melihat semilir tak bergeming walau tersiksa menangis
Meratap hilangnya mutiara yang tersebar di seantero mayapada
Hilangkah siksa?
Hilangkah tangis?
Hilangkah tangan yang menyembah ?
Nyawa tak lagi mengurai,
Nafas tak lagi menyatu di urat nadi
Menyingkap tabir dengan ratap tak bermakna
Noda tanah rapuh di lengan kotor yang tenggelam sirna
Melihat sapa tak mendengar lolongan bara tersingkap menari
Nuranikah yang sesat?
Nafsukah yang serakah?
Perlahan tanya yang tak pernah berujung
Hanya akan hilang di selaksa gurun pulang yang terkubur....

0 komentar:

Posting Komentar


Terimakasih sudah berkunjung, silahkah tinggalkan komentar anda, tapi sebelum berkomentar silahkan baca dulu peraturannya :

1. Berkomentarlah menggunakan bahasa yang sopan

2. Dilarang mencantumkan komentar yang berisi SARA atau bersifat provokatif

3. Dilarang mencantumkan LINK di dalam isi komentar kecuali di halaman "Tukar Link"

4. Jangan meninggalkan komentar SPAMM,

5. Berkomentarlah sesuai tema artikel

6. Akun anonymous hanya untuk anda yang belum punya
blog,

7.Jika anda melanggar peraturan diatas, maka dengan
terpaksa saya akan langsung menghapus komentar anda.

Terimakasih.

Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Bluehost