YOGYAKARTA, DENGARKAN DESAH NAFAS KEPEDIHAN KU
oleh: Rossiabde Negara
Kusematkan nafas kinanti mengundang rasa terindah sisihkan penafsiran desir pasir parangtritis
temani lantunan kindung layu dibatas senja nan terlahir diantara lentik dawai pemetik nada nada syahdu pemikat kalbu jiwa jiwa renta.
Asa hitam ku tersiba kikisan tebing pantai telah terbang sedari awan berzina
bersama senggama udara telah terbungkam geram sabda sang merpati mengemas kepedihan ku mencintai cinta.
Hingga sepah nanah sisa tinta tinta bening telah rela kujilati ukiran aksara di dinding muka Prambanan.
sesekali kulihat petuah angin terbang tak terarah mengasingkan diri
melintasi mata bukit bukit tajam menanti kaisar langit melukis mega mega Mallioboro
seakan menguning menggunjing keresahan ku nan tak terbalas kerinduan fulan bidadari laut utara.
kini,kubentangkan alam sadarku mengutip kisah kematian sepasang flamboyan ditepi istana tua telah mati
tak tersentuh lembutnya debu debu suci laksana serpihan mutiara .
sembari kutepis tarian kupu kupu manis menghibur sepasang mata ku
nan telah sedari dulu tertutup keindahan bahasa hati memandang khasanah bahari kesetiaan ditepi nyawa ini.
sedari dulu kau singkap sakat sakat kata indah bersayap,
namun hanya sekedar mimpi semu kau sajikan teruntuk ku,
penyair nista syaratkan kepedihan mencintai cinta.
oleh: Rossiabde Negara
Kusematkan nafas kinanti mengundang rasa terindah sisihkan penafsiran desir pasir parangtritis
temani lantunan kindung layu dibatas senja nan terlahir diantara lentik dawai pemetik nada nada syahdu pemikat kalbu jiwa jiwa renta.
Asa hitam ku tersiba kikisan tebing pantai telah terbang sedari awan berzina
bersama senggama udara telah terbungkam geram sabda sang merpati mengemas kepedihan ku mencintai cinta.
Hingga sepah nanah sisa tinta tinta bening telah rela kujilati ukiran aksara di dinding muka Prambanan.
sesekali kulihat petuah angin terbang tak terarah mengasingkan diri
melintasi mata bukit bukit tajam menanti kaisar langit melukis mega mega Mallioboro
seakan menguning menggunjing keresahan ku nan tak terbalas kerinduan fulan bidadari laut utara.
kini,kubentangkan alam sadarku mengutip kisah kematian sepasang flamboyan ditepi istana tua telah mati
tak tersentuh lembutnya debu debu suci laksana serpihan mutiara .
sembari kutepis tarian kupu kupu manis menghibur sepasang mata ku
nan telah sedari dulu tertutup keindahan bahasa hati memandang khasanah bahari kesetiaan ditepi nyawa ini.
sedari dulu kau singkap sakat sakat kata indah bersayap,
namun hanya sekedar mimpi semu kau sajikan teruntuk ku,
penyair nista syaratkan kepedihan mencintai cinta.
0 komentar:
Posting Komentar